Saatnya belajar ke Jepang, LPJA Tiket Gratis ke Jepang

Belajar ke tempat yang terbaik di Asia yaitu di Jepang.

Coba dulu dengan Homestay, merasakan kehangatan dan etika yang tinggi
bersopansantun bersama keluarga Jepang
Belajar bahasa Jepang dan manga, berkunjung ke pabrik TOYOTA
Info lengkap pada http://homestay.me/

Lomba Pidato Bahasa Jepang bagi Anak-anak (LPJA) Hadiah bagi pemenang pertama dan ibu atau ayahnya (2 tiket gratis ke Jepang). Info lengkap pada http://lpbj.in/

Beasiswa bagi anak pelajar sekolah dasar, terima kasih telah membantu kami menyebarluaskan info ini.

Beasiswa 2013 diumumkan mulai Januari 2013 di http://beasiswa.ws/

Konsultasi sekolah ke Jepang gratis setiap hari.

Jangan sungkan telepon kami untuk konsultasi lebih lanjut.

Terima kasih

Pandan College
http://pandan.ac.id/
Jakarta: Tel.021-2727-2511, 021-2923-8782
Bali: Tel.0361-255-225, 0361-796-7654

Fitri, Dunia Gelap yang Memberi Terang

Kamis, 11 Juni 2009 | 03:52 AM

Sri Rejeki

Dia merasa kerasan sebagai tunanetra karena dia bisa menemukan keberartian hidup di tengah gelapnya dunia. Meski ia hanya bisa melihat sosok hitam orang di hadapannya, aktivitas Fitri Nugrahaningrum tak kalah dibandingkan orang lain. Tunanetra yang disandangnya tak menghalangi Fitri mewujudkan mimpinya.

Kalau saya tidak buta, barangkali tak merasakan indahnya dunia, bisa dekat dengan anak-anak. Banyak yang menawarkan untuk menjalani operasi di luar negeri, tetapi saya tolak. Saya takut lupa diri jika bisa melihat lagi,” katanya.

Fitri, lulusan S-2 Program Pengembangan Masyarakat Universitas Sebelas Maret, Solo, Jawa Tengah, itu mengajar 100-an anak usia 2-12 tahun dalam kelompok belajar Sahabat Anak Raih Asa (Sahara). Ia dibantu para relawan yang bekerja tanpa gaji. Di Yayasan Al Fitrah yang menaungi Sahara, ada 10 relawan yang mengurusi bimbingan belajar, teater, kegiatan luar ruang, dan deteksi dini kesehatan/gizi anak.

Pada 1997 Fitri membentuk kelompok belajar yang awalnya terdiri atas enam anak jalanan. Ia mengajarkan mereka mata pelajaran sekolah, budi pekerti, dan baca tulis Al Quran.

Ia bercerita, suatu hari saat tengah menyeberangi jalan, ia hampir tertabrak mobil. ”Meskipun waktu itu saya sudah pakai tongkat, tapi alhamdulillah ada anak-anak yang menarik saya,” katanya tentang peristiwa saat dia duduk di bangku SMA itu.

Dari perkenalannya dengan enam anak penolongnya itu, Fitri merasa terenyuh mendengar kisah teman-teman barunya yang mencari nafkah dengan mencari kardus. Usia mereka saat itu antara lima dan tujuh tahun.

”Mereka sering diperlakukan tak manusiawi di jalanan. Cara bicara mereka kasar karena kerasnya hidup yang dijalani. Saya ajak mereka belajar di rumah. Anak yang masih sekolah dibantu biayanya agar tak perlu di jalanan lagi,” kata Fitri.

Sahara dan Samara

Dia menggalang dana dari teman-teman sekolah. Saat itu, ada yang menyumbang Rp 300, Rp 500, Rp 1.000 atau memberikan buku. Kurang dari sebulan, kelompok belajarnya diikuti 119 anak dengan peserta bertambah yang berasal dari anak yatim piatu dan anak dari keluarga tak mampu di sekitar rumahnya.

Pada 1998 kelompok belajar itu diberi nama Al Fitrah. Karena jumlah pesertanya makin banyak, Fitri minta bantuan kepada teman sekolah. Lokasi kegiatan belajar berpindah sampai lima kali, mengikuti kepindahan orangtuanya yang masih mengontrak.

Kegiatan ini lalu mendapat bantuan donatur. Fitri pun menuruti nasihat beberapa donatur untuk membentuk yayasan sebagai payung kegiatannya. Tahun 2000 dibentuk Yayasan Al Fitrah.

Kegiatan terus berjalan meski mengalami pasang surut hingga peserta tinggal 50 anak. Ini antara lain karena dia

sering tinggal di Yogyakarta untuk menyelesaikan tesis tentang pemberdayaan masyarakat pascagempa di Bantul. ”Saya sedih, anak-anak itu kembali lagi ke jalanan,” katanya.

Tahun 2005 Fitri mendirikan pendidikan luar sekolah Satelit Masa Depan Negara (Samara). Ia menyewa gedung sekolah dasar negeri di Solo. Dengan bantuan berbagai pihak, peserta Samara terkumpul 483 anak yang terbagi dalam kelompok 2-4 tahun, 4-6 tahun, 7-9 tahun, dan 9-12 tahun. Sempat berjalan dua tahun, Fitri menghentikan kegiatan karena timbul masalah.

”Sekolah yang kami tempati merasa tersaingi meski kami baru belajar mulai pukul 14.00. Sebenarnya kami ditawari gedung lain oleh Diknas, tapi tempatnya terlalu jauh. Kasihan anak-anak yang orangtuanya tak mampu,” kata Fitri sambil mengajar beberapa anak membuat bunga.

Bersyukur, Fitri dan keluarga hampir merampungkan pembangunan gedung berlantai tiga di depan rumah kontrakan mereka, di tengah permukiman padat Kampung Kandang Sapi, Jebres, Solo. Rumah yang dibangun di atas lahan 100 meter persegi itu untuk kegiatan Samara dan Sahara.

Memanfaatkan ilmunya, Fitri menggabungkan berbagai konsep dan metode pendidikan. Selain memberikan materi pelajaran seperti di sekolah formal, anak-anak juga diberi muatan tentang moral dan budi pekerti, keterampilan, teater, serta kegiatan luar ruang. Mereka juga diajari kewiraswastaan agar nantinya bisa mandiri secara ekonomi.

Tinggi dan berat badan mereka juga dipantau. ”Ada dokter anak yang sukarela membantu memantau kondisi gizi anak-anak,” tutur Fitri.

Fitri yang suka menulis buku, terutama tentang motivasi bagi difabel, ini ingin mewujudkan mimpinya membuat sekolah yang menghargai sepenuhnya bakat anak. Baginya, tak ada anak bodoh, yang ada lingkungan yang tidak memahami bakat anak.

”Saya menggabungkan konsep homeschooling, sekolah alam, dan sekolah formal dalam pembelajaran kami,” katanya.

Untuk membiayai kegiatan itu, Fitri mengandalkan kocek pribadi dan sumbangan donatur. Ia bekerja sama dengan teman dan keluarga membuka berbagai usaha, seperti konveksi, percetakan, dan bimbingan belajar.

Di Samara, ditetapkan iuran pendidikan sukarela sesuai kemampuan, mulai dari Rp 5.000 sampai Rp 20.000. Di kelompok belajar Sahara, peserta membayar Rp 1.000 bagi yang mampu. Biaya operasional kelompok belajar yang kini beranggotakan 100 peserta mencapai Rp 3 juta per bulan. Biaya itu dipenuhi dari bantuan tiga donatur, Rp 875.000 sebulan, dan penghasilan dari berbagai usaha.

”Saya masih dibantu ibu yang membuat sari kedelai dengan ibu-ibu di kampung. Bapak juga membantu dengan membuat baju pesanan untuk berbagai instansi di wilayah Indonesia timur,” katanya.

Tukang pijat

Ayahnya, BAE Soewarno (65), pensiunan tentara dan ibunya, Tjanti Herawati (51), seorang bidan, mendorong anak-anaknya berprestasi. ”Ibu selalu berpesan agar saya menjadi anak pintar. Saya sering mendengar Bapak berdoa agar saya tak hanya jadi tukang pijat,” kata Fitri.

Sindroma Steven Johnson (SSJ) merenggut daya lihat Fitri. Penglihatannya mundur saat ia kelas V SD dan benar-benar hilang saat duduk di bangku SMA. Seorang dokter anak memberinya obat yang malah membuat dia pingsan dan sekujur tubuhnya gosong. Kasus ini yang pertama terjadi di Solo kala itu.

SSJ adalah reaksi alergi sistemik terhadap obat atau virus tertentu. SSJ menyerang selaput lendir sehingga bisa menyebabkan komplikasi berupa radang kornea dan menyerang bola mata. Ini dapat mengakibatkan kebutaan. SSJ juga bisa menimbulkan radang hati, ginjal, saluran pencernaan, sendi, dan paru.

Akibat terkena sindrom ini, Fitri dirawat di rumah sakit selama enam bulan. Hanya sempat seminggu di rumah, kembali ia harus menginap di rumah sakit selama tiga bulan. Dokter pernah memvonisnya tak mampu bertahan hidup lama. Tuhan berkehendak lain dan memberinya kehidupan hingga kini. Anugerah ini dimaknai Fitri dengan karya nyata bagi sesama.

Kisah Mengharukan Di Pengadilan Saudi  

Di salah satu pengadilan Qasim, Saudi Arabia berdiri Hizan al Fuhaidi dg air mata yg bercucuran shg membasahi janggutnya! Kenapa? Krn ia kalah thd perseteruannya dg saudara kandungnya!!

Ttg apakah perseteruannya dg saudaranya? Ttg tanah kah? atau warisan shg mereka saling berebutan? Bukan.. Bkn krn itu semua!!

Ia kalah thd saudaranya terkait pemeliharaan ibunya yg sdh tua renta & bahkan hanya memakai sebuah cincin timah di jarinya yg telah keriput.

Seumur hidupnya, beliau tinggal dg Hizan yg selama ini menjaganya. Tatkala beliau telah manula, datanglah adiknya yg tinggal di kota lain, utk mengambil ibunya agar tinggal bersamanya, dg alasan fasilitas kesehatan dll di kota jauh lebih lengkap daripada di desa.

Namun Hizan menolak dg alasan, selama ini ia mampu utk menjaga ibunya. Perseteruan ini tdk berhenti sampai di sini, hingga berlanjut ke pengadilan. Sidang demi sidang dilalui, hingga sang hakim pun meminta agar sang ibu dihadirkan di majelis.

Kedua bersaudara ini membopong ibunya yg sudah tua renta yg beratnya sdh tdk sampai 40 Kg. Sang Hakim bertanya kepadanya, siapa yg lebih berhak tinggal bersamanya. Sang ibu memahami pertanyaan sang hakim, ia pun mnjawab , sambil menunjuk ke Hizan, “Ini mata kananku!” kemudian menunjuk ke adiknya sambil berkata, “Ini mata kiriku!!

Sang Hakim berpikir sejenak kemudian memutuskan hak kpd adik Hizan, berdasarkan kemaslahatan bagi si ibu.
Betapa mulia air mata yg dikucurkan oleh Hizan. Air mata penyesalan krn tdk bisa memelihara ibunya tatkala beliau telah menginjak usia lanjutnya.

Subhanallah!!! Betapa mulia & terhormat ibu itu yg diperebutkan oleh anak2nya dgn sedemikian rupa. Andaikata kita bisa memahami, bagaimana sang ibu mendidik kedua putranya hingga ia menjadi ratu & mutiara termahal bagi anak2nya.

Bgmn dgn masa tua kita nanti, akan seperti ibu itu kah…atau akan menjadi penghuni panti jompo. Astaghfirullah.

Ini adalah pelajaran mahal pendidikan anak dari kita..

Ziarah ke Makam SK Trimurti

Kepada
Yth. Aktivis buruh, perempuan dan HAM, mahasiswa, jurnalis dan masyarakat umum

Salam Hormat,

Untuk memperingati hari Pahlawan, kami yang tergabung dalam Sovi mengajak kawan-kawan untuk bergabung dalam acara: Ziarah ke makam SK Trimurti (aktivis buruh, perempuan, jurnalis yang kemudian menjadi menteri perburuhan pertama di Indonesia)

Ziarah ini akan kami lakukan pada:

Hari/ Tanggal: Sabtu, 10 November 2012
Waktu: 10.00 Wib
Tempat: Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jl. Kalibata Raya, Jaksel
Dresscode/ Baju: Hitam

Kami berharap kawan-kawan bisa hadir dan bergabung bersama kami. Terimakasih atas segala dukungannya.

Salam,
Aliansi Sovi (Solidaritas Perempuan untuk Luviana)

Pers Release ” Merayakan Hari Pahlawan bagi Buruh Perempuan Indonesia”

10 November 2012

Soerastri Karma Trimurti atau SK Trimurti adalah seorang aktivis buruh, aktivis perempuan, dan jurnalis perempuan tiga zaman. Ia kemudian menjadi menteri perburuhan pertama di Indonesia. Semangat hidupnya memperjuangkan para buruh perempuan menginspirasi sepanjang jaman.

Pada awalnya SK Trimurti menjadi anggota  Perkumpulan Rukun Wanita. Dia mulai aktif membaca dan rajin mengikuti perkembangan gerakan kemerdekaan. Akhirnya, Trimurti memutuskan berhenti menjadi guru dan mengabdikan diri menjadi aktivis kemerdekaan: dia menjadi anggota Partai Indonesia (Partindo). 

Di kalangan buruh SK Trimurti banyak memperjuangkan isu-isu perempuan buruh seperti: kesehatan reproduksi buruh perempuan, persamaan upah dan tunjangan antara laki-laki dan perempuan, jam kerja untuk perempuan. Isu perempuan yang dikedepankan, SK Trimurti berjuang melawan poligami, pernikahan dini dan kesehatan reproduksi.
 
  
Ketika menjadi jurnalis, Melihat dedikasi dan semangatnya, Bung Karno meminta Trimurti menjadi Pemimpin  Redaksi majalah Pikiran Rakyat. Majalah ini secara khusus menyebarluaskan gagasan bahwa kaum perempuan Indonesia akan dapat meraih nasib baik hanya di dalam suatu masyarakat yang merdeka, adil dan makmur. Ia kemudian juga menerbitkan majalah untuk buruh dan perempuan: berita gerwani dan Api Kartini. untuk perjuangan kemerdekaan, Trimurti mendirikan media: Bedug dan Terompet.
 
Selain aktif sebagai wartawati, Trimurti juga sibuk berorganisasi. Dia bergabung dengan perkumpulan Mardi Wanita, yang berganti nama menjadi Persatuan Marhaeni Indonesia dan kemudian aktif di Gerwis (Gerakan Wanita Sedar) organisasi yang kemudian berubah namanya menjadi Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia). 

Pada usia 25 tahun, Trimurti dipenjara untuk pertamakalinya. Pasalnya, Trimurti  menyebarkan pamflet anti-imperialisme dan anti-kapitalisme yang berisi informasi tentang ketidakadilan Belanda. Selama sembilan bulan, dia mendekam di Penjara Bulu, Semarang.

Dalam perjuangannya ini, kemudian Trimurti diangkat menjadi menteri perburuhan pertama di Indonesia. Berkat perannya itu, SK Trimurti selalu dikenang sebagai buruh, tokoh perempuan dan jurnalis perempuan yang berperan penting meletakkan landasan di negeri ini.

Kami yang tergabung dalam Sovi (Solidaritas Perempuan untuk Luviana) merayakan hari pahlawan 10 November 2012 dalam bentuk Ziarah ke makam SK Trimurti sebagai bentuk apresiasi tertinggi bagi SK Trimurti dan kepada para buruh perempuan di Indonesia.

Selain itu kami kemudian juga mengeluarkan Kobar (Komik selembar untuk Buruh Perempuan) yang kami bagikan secara gratis kepada masyarakat dan pengguna jalan. Kobar kami buat untuk menyemangati para buruh perempuan Indonesia yang berjuang untuk menuntaskan kasusnya. Penyebaran ke masyarakat ini kami lakukan agar masyarakat mengenal para pahlawan bagi para buruh perempuan Indonesia.

Hidup SK Trimurti dan buruh Perempuan Indonesia!!!

Contact Person Aliansi Sovi:

1.Masyuti (Forum Masyarakat Kota Indonesia/ FMKJ): 081315965708
      
2. Uli Pangaribuan (PBHI Jakarta): 08112822976.      

3. Tiwi (LBH Jakarta): 0813874006702.      

4. Sahat Tarida (Repdem):
0813813013153.      

5. Umi Lasmina (wartafeminis.wordpress.com):
081581530854.      

6. Firqie Firmansyah: 085287722888.      

7. Lita Anggraeni (Jala PRT):
081314825052

Merayakan Hari Pahlawan bagi Para Buruh Perempuan Indonesia

Kepada
Yth. kawan-kawan buruh, aktivis perempuan dan kemanusiaan, jurnalis dan masyarakat umum.

Dengan hormat,

Sejumlah kasus yang menimpa para buruh perempuan Indonesia di tahun 2012 menjadi catatan khusus bagi kita. Kasus yang menimpa Omih, buruh PT. Panarub Dwi Karya yang dipenjara karena membela hak-haknya sebagai perempuan adalah kasus yang membuat kita semua merasa pedih. Kasus lain juga menimpa sejumlah perempuan PRT (Pekerja Rumah Tangga) di Indonesia, juga kasus yang menimpa para buruh perempuan PT. Golpac. Kasus lain juga menimpa Luviana, Jurnalis Metro TV yang di PHK sepihak karena memperjuangkan kesejahteraan dan memperbaiki tayangan yang bias gender, juga kasus yang menimpa Yohana Sudarsono, guru Stella Maris yang diminta mundur karena mendirikan Serikat Pekerja.

Walaupun beberapa keberhasilan di tahun 2012 ini juga berhasil kami catat seperti: para buruh perempuan di sejumlah pabrik di Cakung berhasil menolak outsourching.

Untuk itu, dalam rangka: “Merayakan Hari Pahlawan bagi Para Buruh Perempuan di Indonesia“, kami yang tergabung dalam Sovi (Solidaritas Perempuan for Luvi) mengadakan sebuah kegiatan berupa: pemutaran film dan diskusi film tentang SK Trimurti (buruh, jurnalis dan menteri perburuhan pertama di Indonesia). Selain itu kami juga mengadakan Launching Kobar (komik selembar bagi para buruh perempuan).

Kami berharap, selain memperingati Hari Pahlawan, semangat SK Trimurti untuk membela para buruh perempuan patut kita junjung tinggi.

Acara “Merayakan Hari Pahlawan bagi para Buruh Perempuan Indonesia” ini akan kami adakan pada:

Hari/ Tanggal: Jumat, 9 November 2012
Waktu: Jam 14.00 WIB
Tempat: Lantai 3 Gedung Komnas HAM (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia) – Jl. Latuharhary 4B, Jakarta Pusat.

Acara:
1. Launching Kobar (Komik selembar untuk buruh perempuan)
2. Nonton Film: SK Trimurti (Karya: Hari Nugroho dan Tim Aliansi Jurnalis Independen/ AJI Jakarta)
3. Diskusi film dan Testimoni para buruh perempuan:

A. Omih (buruh PT Panarub Dwikarya)
B. Luviana (buruh jurnalis Metro TV)
C. Yohana Paula Sudarsono (guru di Stella Maris)
D. Buruh pekerja rumah tangga dan buruh perempuan PT Glopac.

Pembahas: Ruth Indiah Rahayu (Perhimpunan Rakyat Pekerja/ PRP)

4. Pembacaan puisi karya Umi Lasmina oleh: Sahat Tarida
5. Musikalisasi puisi: Dian dkk/ Marsinah FM.

Kami mengundang kawan-kawan untuk datang dan merayakan hari pahlawan sambil menyemangati perjuangan para buruh perempuan Indonesia. Atas segala dukungan dan perhatiannya kami ucapkan banyak terima kasih.

Salam,
Lita Anggraeni (Koordinator Sovi)

Uli Pangaribuan (Sekretaris)

Contact Person Aliansi Sovi:
1. Tiwi (LBH Jakarta): 081387400670
2. Sahat Tarida (Repdem): 081381301315
3. Umi Lasmina: 08158153085
4. Firqie Firmansyah: 085287722888

Jamal Abdillah…

Jamal Abdillah, salah seorang penyanyi yg kukagumi di semenanjung Melayu, Asia Tenggara.. Suaranya yg kokoh dan berkarakter semakin memberi ruh bagi lagu2 yg dilantunkannya.. Amat pantaslah jika pencinta musik menyematkannya sebagai “Raja Pop Malaysia”. Dua lagunya yg sungguh indah adalah “Kucari Damai di Hati” dan “Kasihnya Ibu”.. Berikut kutipan bait terakhir dari salah satu lagu itu (yg kupersembahkan jg utk anak2ku, sebagai tanda kerinduanku..):

……….
Kasihnya ayah
Sanggupkah berpisah
Dan kasih anaknya
Berkorban raga

Biar pun jiwa
Akan tersiksa
Ikhlas dan rela
Asal ‘kan bahagia

Sang Maestro..

Sai Anju Ma Au, utk mengenang sahabatku: Edward Sinaga..

Tiba2 kuteringat sahabatku tercinta nan bersahaja: Bang Edu (Edward Sinaga) yg tlah berpulang..

“Sai Anju Ma Au” adalah salah satu lagu yg sering kita nyanyikan bersama Mas Min (lelaki Pujakesuma yg murah senyum) sepanjang kita menyusuri jalanan Medan, Brastagi, Kutacane, dataran tinggi Gayo (pegunungan Leuser), Takengon hingga balik lagi ke Medan dengan mampir di Samosir – Toba dan Prapat..

Lagu ini jg utk sahabat2 Batak dan Karo-ku lainnya dari berbagai marga: Sipahutar, Ginting, Sembiring, Sinaga (yg lain), Sirait, Marpaung, Hasibuan, Harahap, Lubis, Lumbantoruan, Hutabarat, dan lain2nya lagi..

Sai Anju Ma Au
(Cipt: Tigor Gipsy Marpaung)

Aha do Alana (Apakah sebabnya/Karena apakah)
dia do bossirna hasian (Apakah masalahnya)
umbahen sai muruk ho tu ahu (hingga kau selalu marah kepadaku)
molo tung adong nasalah nahubaen (jikalau memang ada salah yang kulakukan)
denggan pasingot hasian (beritahukanlah dengan baik sayangku)

molo hurimangi (bila kurenungkan)
pambahenammi natua au (perbuatanmu kepada ku)
nga tung maniak ate atekki (hatiku ini sudah hancur)
sipata botcir soada nama i (kadang kala tak ada sebab)
dibahen ho mangarsak au (kau marah kepadaku)

molo adong na salah manang na hurang pambaenakki (seandainya aku ada salah dalam perbuatan)
sai anju ma au (beritahu lah aku dengan mesra)
sai anju ma au ito hasian (beritahulah aku dengan mesra sayangku)
sai anju ma au (beritahulah aku dengan mesra)
sai anju ma au ito nalagu (beritahulah aku dengan mesra sayangku)… 🙂

Judulnye ape ye?! ;)

Kawans, di awal 90an ada lagu yg aransemennya amat cantik dari kakak-beradik: Hendry R. Putra dan Dian P. Putra, kira2 bait2 pertamanya spt ini.. (Judulnye ape ye? 🙂 Ade yg tau gak? Terutama yg pernah di radio nih 😉 Hehehe..)

Kubuka mataku, lagu pagi terdengar suaranya
Mengalun merdu-merayu, menyibakkan bayu pagi
Kubuka anganku, kubuka khayalku kala itu
Menciptakan keindahan, menciptakan kedamaian

Indah suaranya, menggetarkan jantung dan kalbuku
Dia nyanyikan lagu cinta, dia nyanyikan lagu indaaah
Oh kian semakin terasa, getaran dalam diri.. Oh oh oh..
Saat rayuannya, tlah menggugah perasaankuuu..

(Dst…)

Ode buat Anakku

Ode buat Anakku

Ikuuuuy.. Jangan tinggalkan aku, nak..
Canda itu selalu kulakukan sesaat kauhendak pergi ke sekolah
Empat bulan lalu, kau mengingatkan lagi canda itu
Biar kini kita jauh, nak
Tapi hati ini selalu dekat untuk mu

Di hari bahagiamu ini, kumau kau tahu
Kasih tulus tak ‘kan berpisah
Tak patut pula dipisah
Enam tahun sudah usiamu kini
Ikuyku tersayang akan selalu rendah hati dan saliha

Kau selalu ada disini, Kuy..
Di hati Beib ini yang selalu terbuka untuk mu yang cantik,
juga untuk Icuy yang manis.. 🙂

Mmuuuaaaaaach…

(Tebet, 30 Oktober 2012)

Yuuk ke Bakar Batu Papuan Voices!

EngageMedia dan JPIC MSC mengundang Anda untuk ikut pesta video dan budaya Papua di acara BAKAR BATU PAPUAN VOICES 2012.

Program:
1. Peluncuran sembilan video pendek Papuan Voices dari Jayapura dan Merauke.
2. Peluncuran
3. Nostalgia BLACK BROTHERS dan MAMBESAK bersama kelompok musik Sisir Bambu
4. Tarian
5. Mob (lelucon) Papua
6. Pembuatan Lukisan Pinang
7. Penjualan DVD Papuan Voices

Untuk informasi lebih lanjut, kontak enrico@engagemedia.org

Acara ini didukung oleh NAPAS, Ruang Lain, RBA, Hapin Papua, dan Patungan.Net

Papuan Voices terselenggara atas bantuan dari Ford Foundation

——

EngageMedia Launches Papuan Voices

On October 13, 2012, EngageMedia and JOIC MSC will launch the Papuan Voices project at the Goethe Institut in Jakarta. The Papuan Voices project overcomes political, geographical and financial barriers – as well as lack of technology – to bring important Papuan stories to the world. In doing so, it shines light on the injustices that regularly occur behind the closed doors of this resource-rich and restive province.

During the event, a dedicated Papuan Voices website and DVD compilation of all of videos from the project will be made available to the public.

EngageMedia’s Work in West Papua

EngageMedia’s Papuan Voices project is a combination of empowerment and production. From early 2011, EngageMedia has collaborated with Catholic Church groups in Jayapura and Merauke to teach Papuan activists new video production and distribution skills to allow them to give voice to their own stories to the rest of the world. Importantly, the stories that the Papuan video activists have created are not only framed in the political struggle for independence but also in the everyday life, culture and issues of West Papuans.

Papuan Voices Launch

The Papuan Voices launch will start at 18:30 (6.30pm) on Saturday, 13 October 2012 at Goethe Institut: Jl. Dr Sam Ratulangi No. 9 – 15 Gondangdia Menteng Jakarta Indonesia. Programs will include screenings of the nine selected short videos from Papua, music by Sisir Bambu, and Papuan dances.

For more info, contact enrico@engagemedia.org

Papuan Voices is sponsored by the Ford Foundation