Langit terlepas. Ruang menunggu malam hari.
Kau berkata: pergilah sebelum malam tiba.
Kudengar angin mendesak ke arah kita.
Surat-Surat Tentang Lapar
untuk Atiek,
di Gunung Kidul
Tandus kapur mengepung
Cinta pedih rembulan gunung
Kesetiaan penghuni malam-malam hari
Mendesak lapar dan erang sunyi
Dan membisu mati ini
Di punggung kapur tanah putih
Menangkis seribu musim paceklik
Menanti kembali setiap detik
untuk Mardi,
di kota kelahiran
Di seluruh tanah, di seluruh kemarau
Bayangan tangan rebah menjangkau
Menghempas tinju ke sepi segala
Antara malam dan dengkur lupa
Dan tentang esok
Di pagi putih kemuning rontok
Kembali lagi senyum abadi
senyum yang lapar, yang bersendiri
untuk Don,
dan untuk Basuki
Lapar berada di senja begini: yang berdalih
Dari segala jemari letih
Yang terangguk dalam gemetar malam buta
Yang tersisih jauh dari kata
1961
Hari ini saya akan membuka kategori baru dalam blog ini.. All about GM.. Ini saya peruntukkan atas kecintaan saya pada karya2 seorang Goenawan Mohamad.. baik yang bersifat jurnalistik (catatan pinggir, dkk) maupun sastra (puisi, dkk).. Posting pertama untuk “All about GM” adalah salah satu puisi mas Goen yang ditulisnya pada 1961.. Di Muka Jendela…..
Di Muka Jendela
Di sini
cemara pun gugur daun. Dan kembali
ombak-ombak hancur terbantun.
Di sini
kemarau pun menghembus bumi
menghembus pasir, dingin dan malam hari
ketika kedamaian pun datang memanggil
ketika angin terputus-putus di hatimu mengigil
dan sebuah kata merekah
diucapkan ke ruang yang jauh:- Datanglah!
Ada sepasang bukit, meruncing merah
dari tanah padang-padang yang tengadah
tanah padang-padang terukur
di mana tangan-hatimu terulur. Pula
ada menggasing kincir yang sunyi
ketika senja mengerdip, dan di ujung benua
mencecah pelangi:
Tidakkah siapa pun lahir kembali di detik begini
ketika bangkit bumi,
sejak bisu abadi,
dalam kristal kata
dalam pesona?
1961